Pesta Partupolon Pra Pernikahan Angelina Pasaribu S.T dan Yogi SgharaPurba S. Tr I.Kom

MEDAN, NoktahSumut.Com –Indonesia terkenal kaya dengan kebudayaan lokal, termasuk untuk acara pernikahan. Di Sumatra Utara terdapat tradisi bernama Martumpol yang sakral dan penuh makna untuk mengikat janji suci dari dua insan.Secara tradisi, Martumpol menjadi bagian dari acara pernikahan adat Batak pemeluk Kristen yang diwariskan secara turun-temurun. Saking bermaknanya, prosesi ini juga digunakan oleh seluruh kalangan termasuk public figur.

Salah satu alasan tradisi Martumpol terus bertahan di masa sekarang karena bagi warga adat Batak Toba, pernikahan merupakan sesuatu yang istimewa dan harus dirayakan secara spesial. Ini merupakan salah satu cara untuk menghormati para leluhur yang Lantas apa makna mendalam dari tradisi Martumpol yang melegenda bagi warga Batak Toba.

 

Seperti halnya,
Pesta Partupolon Pudun Saut Pra Pernikahan Angelina Pasaribu S.T dan Yogi Saghara Purba S. Tr I.Kom

Angelina Pasaribu S.T merupakan putri AKP L Pasaribu/Dra R Br Simorangkir M.Pd di Medan Sumut.
dan Yogi Saghara Purba S. Tr I.Kom putra St.S.Purba/AKP D Br Silalahi, S.H di Pontianak Kalimantan Barat
Acara Partumpolon disaksikan kedya belah pihak pengantin di Gereja GKPI Sei Agul Jln. Sekip Orde Baru No 38, Sei Agul Medan, usai acara Partupolon jamuan makan bersama dan Marpudun Saut Marhata Sinamot (Bahas Mahar) di Wisma Angkola Jln Cangkir No 8 Ayahanda Medan
Seraya

 

sekaligus mohon doa dari Tuhan berilah kekuatan kesehatan agar aca Pesta Nikah dan Pesta Adat akan berlangsung di Gereja GKPS Pontianak Jln Ahmad Yani No 112 Bansir Darat Pontianak Kalimantan Barat, Sabtu,19 Agustus 2023. Acara Adatnya di Convention Centre (PCC) Jln Sultan AbdurrahmanNo 7-7 Akcaya Pontianak Selatan Kalimantan Barat.

Angelyna dan Yogi mengambil ayat emas alkitab yakni
Dan di atas semuanya itu kenakanlah Kasih sebagai Pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Hendaklah Damai Sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan Bersyukurlah (Kolose 3, 14–15)

Berikut informasi selengkapnya.
Mengikat Janji di Depan Saksi dan Pendeta Gereja
Martumpol menjadi salah satu prosesi yang penuh makna. Pasalnya kedua belah pasangan yang akan melangsungkan pernikahan akan diikat secara agama Kristen agar bersatu di bawah naungan Tuhan.
Di sana juga ada ikrar suci untuk memastikan bahwa pihak lelaki dan perempuan tidak terikat hubungan asmara dengan pihak lain, alias keduanya sudah bersepakat untuk saling setia sehidup semati.
Acara ini biasanya dilaksanakan di gereja terdekat atau yang telah disepakati oleh kedua belah keluarga dari masing-masing mempelai.
Merupakan Acara Pertunangan
Merujuk laman Gobatak, Martumpol sebenarnya bukan acara inti dari pernikahan adat Batak Toba. Ini hanya salah satu dari 9 rangkaian prosesi menuju pernikahan yang harus dijalani.

Suku Batak disebutkan bahwa acara Martumpol akan dilaksanakan belasan hari sebelum acara inti. Di sini, juga merupakan ajang untuk saling mengenal antar masing-masing keluarga besar dari calon mempelai.
Untuk teknisnya, anggota keluarga didampingi calon mempelai akan masuk ke ruang gereja secara bergantian. Saat di dalam kedua belah anggota keluarga akan duduk secara terpisah satu sama lain sebagai syarat adat.

Di sini kedua mempelai akan ditanyakan soal kesiapannya menjalin bahtera rumah tangga bersama pasangannya kelak.
Memastikan Keduanya Tidak Menjalin Hubungan dengan Pihak Lain
Seperti disinggung sebelumnya, terdapat seorang pendeta yang memimpin jalannya prosesi Martumpol. Di depan altar, kedua belah mempelai dipanggil untuk dipastikan rasa cintanya terhadap calon istri maupun suami.

Pendeta akan mendoakan, dengan posisi ketiganya berjabat tangan. Di sana juga diikrarkan menggunakan pengeras suara bahwa mereka siap untuk menikah, di hadapan pengurus gereja dan para Jemaah yang hadir.

Setelah ini, keduanya akan diminta menandatangani kesepakatan dan akan diumumkan secara berkala melalui jaringan di gereja tersebut sebanyak beberapa kali untuk pernikahan.
Adapun acara ini dikhususkan bagi mereka yang beragama Kristen.

Jika salah satunya beragama Katolik atau yang lainnya, maka tidak diwajibkan untuk menjalani prosesi ini. Bagi masyarakat adat Batak Toba pernikahan merupakan acara yang tak main-main dan suci. Menurut beberapa sumber ini karena adanya keterlibatan keluarga besar, serta jemaat gereja dan pihak-pihak penting lainnya sehingga akan membawa nama baik mereka. Ini yang juga menyebabkan pernikahan adat Batak Toba awet dan tidak mudah bercerai karena kedua belah pasangan mengutamakan komitmen dan saling memahami satu sama lain di bawah ikatan bersama Tuhan.

Nurlince Hutabarat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

https://www.jelajahnews.id/